Merdeka belajar belakangan ini sangat sering terdengar, karena ini merupakan salah satu program inisiatif Mentri Pendidikan dan Kebudayaan yakni Bapak Nadiem Anwar Makarim.
Tujuan utamanya yaitu supaya guru, peserta didik dan orang tua merasa bahagia. Guru bahagia dalam menyiapkan dan mentrasfer materi pembelajaran, peserta didik bahagia dalam menikmati proses pembelajaran dan begitupun orang tua bahagia atas keberhasilan anaknya.
Dilihat dari tujuan diatas, maka konsep Merdeka Belajar merupakan suatu keharusan dimasa sekarang. Dimana sejak dulu sampai sekarang guru dibebani oleh berbagai macam adminstrasi dan perangkat pembelajaran. Pada saat yang sama peserta didik dibebani oleh banyaknya tugas dan evaluasi pembelajaran, sementara orang tua dibebani oleh berbagai biaya pendidikan, akan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Pada dasarnya peserta didik dilahirkan dengan latar belakang yang berbeda, tentunya cita-cita kehidupnyapun pasti berbeda-beda juga. Sejalan dengan konsep merdeka belajar yang digagas oleh bapak Mentri Pendidikan, pada akhirnya nanti akan tercipta peserta didik yang handal dan berwawasan luas.
Menjadi bahan pertanyaan, ketika konsep Merdeka belajar ini diterapkan khususnya pada peserta didik tingkat SMA di daerah Manggarai Barat. Apakah tujuannya tercapai?. Sementara peserta didik kita mindsetnya belum sepenuhnya Merdeka, atau bisa dikatakan masih Belajar Merdeka.
Contoh sederhana yang terjadi selama Pandemi covid 19 , hampir tiga bulan kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online. Akan tetapi hanya 25% peserta didik yang mengikuti pelajaran secara online tersebut. Sementara kalau didata hampir 90 % peserta didik memiliki HP Android. Hal ini terlihat dengan jelas bagaimana mindset peserta didik hanya berorientasi pada kesenangan sesaat belaka, tanpa memikirkan apa tujuan pendidikannya.
Pada persoalan yang lain, sangat banyak peserta didik di daerah ini, mendapatkan dana subsidi pendidikan dari pemerintah khususnya yang memiliki Kartu Indonesia Pintar atau KIP. Akan tetapi setelah dana tersebut diterima oleh peserta didik, bukan digunakan untuk membeli buku atau penunjang aktivitas belajar, melainkan digunakan untuk kesenangan belaka. Dan terkadang orang tua peserta didik, menggunakan uang tersebut untuk keperluan adat serta kebutuhan hidup sehari-hari.
Persoalan inilah menjadi tugas berat dari semua pihak, terutama seorang guru nantinya. Supaya apa yang menjadi tujuan Merdeka Belajar tersebut tercapai.
“Guru Hebat, Orang Tua Sehat, Peserta Didik Smart”
Terimakasih sudah mau membaca coretan sederhana ini. Mohon maaf masih banyak kekurangan. Sangat Mengharapkan masukan dan kritikan positif..🙏🙏
Bainih Latif., S.Pd; Guru SMAN 2 Komodo Kab. Manggarai Barat NTT