Tidak ada yang membantah pesona Provinsi Sumatera Barat yang punya hampir semua jenis Daya Tarik Wisata (DTW) baik alam, buatan, budaya, events, apalagi kuliner. Semuanya sudah bisa menarik wisatawan datang ke Sumatera Barat. Ini dapat dilihat dari data jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara (data BPS Tahun 2020). Sumbar juga sudah punya destinasi yang berstatus “Go-International”, yaitu OCMH (Ombilin Coal Mining Heritage).
Namun hal tersebut diatas belum dirasa cukup oleh Dinas Pariwisata Sumatera Barat untuk mempopulerkan Pariwisata Sumbar dilevel Internasional. Menurut Kadis Pariwisata Prov. Sumatera Barat Novrial, Sumbar harus punya banyak destinasi berkelas dunia yang bisa mendongkrak tingkat kunjungan, interaksi ekonomi dan lama tinggal wisatawan yang datang. Hal ini bisa diwujudkan dengan mengangkat Geopark Ranah Minang (GRM) menjadi UNESCO Global Geopark (UGG).
Sebagai informasi, Geopark (Taman Bumi) menurut UNESCO adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi terkemuka (outstanding) termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya di mana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam.
“Kami sangat optimis ini bisa terwujud tentunya dengan tekad dan dukungan bersama dari rekan-rekan Pentahelix kepariwisataan Sumbar.” Hal ini diutarakan Kadisparprov Sumbar Novrial ketika dihubungi terkait upaya mewujudkan status Geopark Ranah Minang menjadi UNESCO Global Geopark.
Pernyataan Kadispar Sumbar ini didukung oleh Ketua Tim Ahli Pokja Geopark Ranah Minang asal Universitas Andalas Dr. Febrin Anas Ismail yang menyatakan Sumbar sangat punya potensi untuk memenuhi hal tersebut. “Diantara 3 Geopark Sumbar sudah menjadi Geopark Nasional dan saat ini tengah diusulkan 4 Geopark Nasional yang memenuhi International Value, yaitu Singkapan/Cekungan Ombilin (ratusan juta tahun yang lalu), Geopark Singkarak yang sudah diulas diberbagai artikel internasional, patahan sesar Sumatera “Evidence of the Great Sumatera Fault in West Sumatera” yang membentuk Ngarai Sianok, Danau Singkarak, Gunung Talang, serta Danau Kembar,” terang Febrin.
Value budaya “Matrilinial” yang dimiliki Sumatera Barat juga menjadi faktor pendukung sebagai satu-satunya budaya di dunia yang menghargai wanita. Hal ini diutarakan oleh ditambahkan oleh Novizar Swantry, salah satu anggota Tim ahli GRM yang populer dikenal dgn nama “Om Bodal”.
Dukungan juga datang dari “Mak Etek” Zuhrizul (pemerhati/penggiat/pelaku pariwisata) yang mengatakan saat ini Sumbar harus punya “road map” untuk mengarahkan Sumbar menjadi Destinasi berkelas Internasional. “Pariwisata harus bisa berfungsi sebagai instrumen utama pemulihan ekonomi di masa pandemi serta mampu mensejahterakan masyarakat Sumbar,” tegas Zuhrizul.
Sementara Ketua GIPI Sumbar, Joni Mardianto pada petemuan terakhir “Dispar Mendengar”, menyatakan sangat yakin pelaku Industri pariwisata akan antusias untuk membantu memasarkan DTW Geopark.”Semakin banyak pilihan yang memotivasi wisatawan untuk datang ke Sumbar tentunya makin baik. Di era Pandemi ini wisata alam menjadi pilihan utama, apalagi bila telah diakui UNESCO,” Ungkap Joni.