Lensaparlemen.com – Untuk mengganti proyek strategis nasional (PSN) selain harus mempertimbangkan faktor ekonomi juga harus dengan pertimbangan sistem pertahanan Indonesia. Karena, selain penting untuk menggerakkan ekonomi, PSN juga harus mempertimbangkan ancaman pertahanan.
Legislator Partai NasDem Willy Aditya mengemukakan hal itu Sabtu (30/5) menanggapi keputusan pemerintah yang diumumkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengenai revisi PSN. Salah satunya adalah penggantian proyek pesawat R80 dan N245 dalam PSN menjadi proyek drone.
Pergantian tersebut merupakan bagian dari 89 rekomendasi PSN baru. Rekomendasi ini meliputi 56 proyek merupakan program usulan baru, 10 proyek merupakan proyek perluasan, dan 15 proyek dikelompokkan dalam program baru dan delapan proyek ketenegalistrikan.
“Penting memang proyek pemerintah harus dapat menciptakan lapangan kerja dan punya dampak labor intensif besar. Namun hal itu harus juga dengan pertimbangan strategi pertahanan menghadapi ancaman. Jika pertimbangan mengganti proyek pesawat dengan drone berada dalam ranah pertahanan, maka itu harus di dukung,” katanya.
Anggota Komisi I DPR itu menambahkan, pertimbangan dampak ekonomi yang dikemukakan pemerintah harus juga diiringi dengan pertimbangan pelaksanaan strategi pertahanan yang komprehensif. Negara-negara yang sekarang adi daya di bidang ekonomi, katanya, mengembangkan industrinya juga dengan pertimbangan pertahanan bangsa mereka dari ancaman bangsa lain, dari kelaparan, dari bencana dan lainnya.
“Sebenarnya kita bisa banyak belajar dari pandemi Covid 19 ini bagaimana industri yang hanya mengedepankan ekonomi terguncang hebat, dan dampaknya sangat besar bagi pertahanan dalam negerinya. Kawasan industri, sumber energi, konektivitas, industri pangan, industri telekomunikasi itu semua tidak bisa dilepas dari sisi pertahanan. Maka penting pertimbangan pertahanan itu,” jelasnya.
Dalam kondisi ekonomi dunia yang sedang terdisrupsi saat ini, tambah Wakil Ketua Fraksi NasDem DPR RI itu, pentingnya pemerintah menggerakkan ekonomi dalam negeri. Karena itu dia menyarankan agar pertimbangan penggunaan sumber daya lokal menjadi prioritas pertama. Untuk itu industri-industri yang sarat bahan baku impor harus benar-benar dipilih sebagai proyek strategis jika memang berdampak pada ekonomi dan strategis juga dalam sisi pertahanan.
“Mengganti industri pesawat menjadi drone itu bisa jadi strategis dengan pertimbangan bahwa drone dengan teknologi tinggi akan dapat berguna bagi pertahanan, pertanian, dan aktivitas ekonomi kelautan. Dia bisa jadi PSN dengan pertimbangan bahwa bahan bakunya juga sudah ada di dalam negeri dan SDM kita sangat mumpuni untuk mengembangkannya, serta biaya ekonomisnya juga tinggi. Tidak harus dipertentangkan di antara pesawat atau drone. Bisa jadi nanti setelah ekonomi dunia juga membaik proyek pesawat ini kembali dikembangkan dalam kecepatan maksimum,” tegasnya.
Willy menekankan situasi dunia dan Indonesia yang terdisrupsi saat ini perlu dipelajari lebih jauh dan menjadi pertimbangan kebijakan negara. Ada banyak kelemahan dan kekurangan dari pola, metode dan cara-cara lama berbangsa secara global yang akhirnya terbuka pada saat pandemi menghantam hampir semua negara. Maka, katanya, Indonesia perlu menegaskan jalan untuk merestorasi nilai-nilai kebangsaaan dalam situasi kebaruan.
“Proyek Strategis Nasional ini bukan semata untuk pembangunan fisik untuk ekonomi. Dia adalah juga tentang bagaimana kita memandang bangsa ini dan mau ke mana bangsa ini mengarah. Ini kita perlu dialogkan lebih jauh sebelum kita merayakan 100 tahun Sumpah Pemuda sebagai aktualisasi integrasi kebangsaan,” katanya.